Rabu, 17 November 2021 – Hingga saat ini implementasi UU PPMI belum begitu terlihat pengimplementasiannya di akar rumput dan berakibat pada minimnya perlindungan kepada PMI. Kondisi perlindungan penempatan PMI juga masih terlihat sama saat UU PPTKILN dilaksanakan. Oleh karena hal tersebut, Jaringan Buruh Migran (JBM) atas dukungan Yayasan Tifa telah menyelenggarakan pelatihan Training for Trainers (ToT) secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Pelatihan ini dilaksanakan selama empat hari yakni pada tanggal 17-18 November 2021 dan pada tanggal 23-24 November 2021. Tujuan dilakukan pelatihan ini untuk memberikan tambahan pembekalan perspektif, baik itu HAM dan responsive gender kepada calon pelatih yang akan melatih para CPMI, PMI, Purna PMI, keluarga PMI dan bahkan komunitas yang fokus menyuarakan mengenai isu migrasi, agar dapat memberikan pemahaman serta mampu dalam mengadvokasi hak-haknya untuk mendapatkan perlindungan. Selain itu, tujuan pelatihan ini di antaranya untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas advokasi kebijakan dan legal drafting dalam upaya pemenuhan hak-hak PMI melalui kebijakan baik di tingkat nasional hingga di tingkat desa.
Pelatihan daring ini dihadiri oleh sekitar 25 orang peserta yang berasal dari komunitas-komunitas di daerah kantong PMI dan berjalan dengan baik, walaupun terdapat sedikit hambatan yang berkaitan dengan jaringan atau sinyal serta kapasitas gadget peserta yang berbeda-beda. Pelatihan dibuka oleh Savitri Wisnuwardhani selaku SekNas JBM. Savitri membuka dengan mengucapkan terima kasih kepada para peserta, pemateri, fasilitator, dan co-fasilitator yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk pelatihan ini. Pelatihan ToT ini semoga dapat memperkaya teman-teman peserta pelatihan yang ke depannya diharapkan dapat siap ketika menjadi trainers.
Sesi pertama dari pelatihan ini membahas dan mengingatkan kembali pemahaman peserta diskusi mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) yang difasilitatori oleh Daniel Awigra (HRWG) dan materi kedua membahas mengenai pengantar pengenalan gender yang difasilitatori oleh Yuni Asriyanti. Dalam pemaparan singkatnya, Daniel dan Yuni masing-masing dapat mengajak peserta untuk menelusuri, memahami dan berdiskusi mengenai peran penting HAM dan Gender dalam migrasi. Salah satu hal yang menarik adalah ketika peserta berdiskusi bersama mengenai gender dan gender sebagai kontruksi sosial dengan dipandu menggunakan permainan interaktif. Banyak respon yang tidak terduga dari para peserta diskusi. Di akhir sesi pelatihan, Iradah Haris dari Migrant Aid Indonesia, turut memberikan kesan bahwa pelatihan dan diskusi yang diberikan sangat baik dan berbobot baik secara pemahaman akan HAM dan responsif gender.